Monday, January 2, 2017

Kehidupan Pernikahan dan Rumah Baru



Bismillahirrahmanirrahim


Ijab Qabul pada tanggal 18 September 2016 lalu telah otomatis membuat status saya berubah dari single menjadi double.
Otomatis yang tadinya tidak ada tanggungjawab apa-apa kecuali untuk diri sendiri-pun berubah menjadi adanya tanggungjawab sebagai seorang istri.
Banyak pula perubahan semisal emosi yang berbeda dari semenjak sebelum menikah dulu. Yang tadinya seneng, ya seneng sendiri. Sedih ya sedih sendiri. Kesel ya kesel sendiri.
Kalau sekarang ? Dibagi buat berdua.
Apa yang aku rasakan, dia rasakan dan apa yang dia rasakan aku rasakan.

2 kehidupan berbeda dari 2 rumah tangga berbeda menjadi satu itu juga ternyata punya pengalaman tersendiri dalam prosesnya untuk menjadi satu. Walaupun kehidupanku dan si Mas juga masih dalam proses belajar untuk menjadi angka satu yang utuh.
Watak kami berbeda, pola hidup dan pola pikir pun berbeda. Dia Betawi dan aku Jawa.
Aku dan Mas pun tidak pacaran sebelumnya. Jadi proses ta'aruf setelah menikah membuat kehidupanku seperti bumbu masak di dapur rumahku. Ada gula, garam, lada, vanilli, kemiri dan lainnya, haha.
Tapi secara keseluruhan, membuat ritme kehidupan menjadi lebih seru.

Sama serunya ketika cari rumah baru untuk tempat tinggal kami berdua saat pulang dari Indonesia nanti.
Di Berlin, cari rumah itu bener-bener gak mudah sekarang. Bahkan untuk para pelajar sekalipun yang notabennya punya tempat khusus apartment untuk pelajar.
Waiting listnya bisa satu tahun lebih. Kalo glück beda cerita ya.
Belum lagi masalah lokasi, harga dan ukuran kamar yang belum tentu cocok.
Bisa jadi harga cocok tapi kalau  buat berdua ukuran rumah terlalu kecil. Atau kamar mandi dan dapur sharing sama oranglain. Atau ada yang kamar mandi, dapur udah include dan kamar pas buat berdua tapi harga ketinggian atau gak tersedia dan bahkan harus antri berpuluh-puluh orang dulu.
Waktu itu, untuk masalah rumah aku gak terlalu rewel sama si Mas sih. Yang penting kamar mandi dan dapur di dalem. Karena kurang nyaman kayanya ya, kalau sampai keluar kamar cuma sebentar harus ganti-ganti baju dulu.

Tapi memang ya, Allah Maha Kaya dan Allah tidak akan pernah ingkar pada janji-Nya.

وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٣٢
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. an-Nur [24]: 32)

Sesaat sebelum menikah si Mas ditawari rumah di tengah kota. Di lokasi yang strategis.
Deket sama kendaraan umum manapun. Ada bis, ada U-Bahn, ada S-Bahn. Deket juga sama toko dan restaurant-restaurant halal.
Didalam  rumah juga udah include semua yang dibutuhin hehe.
Saat apply ke yang punya rumah pun berasa Allah mudahkan. Semuanya mulus banget. Alhamdulillah :)

***

Ada satu hal yang mau saya bagi dari hasil pembicaraan saya dan kakak ipar saya waktu sebelum menikah.

Rata-rata dari kita sekarang, ketika punya barang dan barang itu rusak, langsung terpikir untuk mengganti barang yang rusak itu dengan yang baru dan membuang yang lama.
Beda hal-nya dengan orang-orang terdahulu dimana barang yang rusak itu akan sebisa mungkin untuk dikembalikan seperti semula agar berjalan sesuai fungsinya.

Sama halnya seperti pernikahan. 
Ketika melakukan kesalahan satu atau dua. Bukan mengganti dengan yang baru atau merasa akhir dari perjalanan pernikahan. Tapi kesalahan itu adalah bagian dari proses untuk membuat yang tadinya dua menjadi satu.
Melalui apa? Melalui komunikasi.
Terkadang apa yang aku pikirkan dan si Mas pikirkan berbeda. Dan hal yang berbeda ini baru bisa sama melalui komunikasi.
Kalau ada yang gak cocok, komunikasikan. Aku suka ini kamu suka gak ?
Tapi pernikahan itu juga harus take and give. Gak bisa kita mau take mulu tapi gak pernah give apa-apa.
Karena pernikahan itu dua arah dan bukan satu arah.

Masih terlalu cepat si memang untuk sok-sokan kasih masukan. Tapi at least pernikahanku yang baru jalan 4 bulan ini sudah merasakan pentingnya konsep diatas. Dan kami berdua tentunya masih dalam tahap belajar lagi dan lagi sampai menemukan poros yang pas menurut kami berdua :)

Mohon doanya ya guys, supaya pernikahan kami menjadi pernikahan yang barakah :)

Salam Hangat,

EKP dan II


No comments:

Post a Comment